Pada teori pemrosesan informasi
adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu
yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa
indera.
Menurut teori pemrosesan informasi,
pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori
jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap
pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengetahuan barudimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi
oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik
dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi,
narasi, warna, musik, serta video.
Model belajar
pemrosesan informasi ini sering pula
disebut model kognitif information processing, karena dalam proses
belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem
informasi, yaitu:
1)
Sensory atau intake register: informasi
masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2)
Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working
memory, dan di sini berlangsung berpikir
yang sadar. Kelemahan working memory sangat
terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan
sejumlah kecil informasi secara serempak.
3)
Long-term memory, yang secara potensial
tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung
seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses
informasi yang tersimpan di dalamnya.
Menurut teori pemrosesan informasi,
pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori
jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap
pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengetahuan barudimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi
oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik
dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi,
narasi, warna, musik, serta video. Dimana studi tentang bagaimana informasi
diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam dan dari
memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka panjang mengisyaratkan
bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama dalam pendesainan
multimedia pembelajaran. Dalam konteks ini, desain pesan
multimedia pembelajaran berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen
pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi.
Pada penyampaian informasi
bermultimedia yang berhasil akan bergantung pada pengertian akan makna
yang dilekatkan pada stimulus elemen-elemen pesan tersebut. Dalam
mengartikan penyampaian informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa
yang disebut dengan media pengantar, desain pesan, serta kemampuan
sensorik. Media pengantar mengacu pada sistem yang dipakai
untuk menyajikan informasi, misalnya media berbasiskan media cetakan atau
media berbasiskan komputer.
Desain pesan mengacu pada bentuk
yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian animasi atau
teks audio.
Seperti kemampuan sensorik
mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses
informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau
auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem
sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui teks tertulis dalam
buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang berbeda), dalam
bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain
pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua
sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada proses
manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang
memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi.
Menurut model tingkat pemrosesan,
berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara
bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah,
maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi
yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan
pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga
informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli atau
kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat
hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi perhatiannya
karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada stimuli yang
tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.
Kata desain menunjukkan adanya suatu
proses dan suatu hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja
dilakukan mulai dari analisis masalah pembelajaran hingga pemecahan masalah
yang disumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat dalam
bentuk prototipe, naskah atau stori board, dan sebagainya. Desain pesan
pembelajaran meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari
pesan atau informasi. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian,
persepsi, dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan
atau informasi, agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima.
Fleming dan Levie (dalam
Budiningsih,2002) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang
memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Desain pesan
berurusan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti
bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Adapun
karakteristik lain dari desain pesan adalah bahwa desain pesan harus bersifat
spesifik baik terhadap medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung
arti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda tergantung apakah
medianya bersifat statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya, misalnya suatu
potret, film, atau grafik komputer. Juga apakah tugas belajarnya berupa pembentukan
konsep atau sikap, pengembangan ketrampilan atau strategi belajar, ataukah
menghafalkan informasi verbal. Berdasarkan hasil dari suatu penelitian ditemukan
bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia pembelajaran mempengaruhi
kualitas performansi dari pebelajar.
Maka, adapun beberapa teori yang
melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah teori
pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan ganda.
Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang
terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri
atas memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif
menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas.
Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi
lewat multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima
diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi
yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan.